BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 20 Juli 2009

LAMBANG PALANG MERAH, BULAT SABIT MERAH, DAN KRISTAL MERAH INTERNASIONAL

Sebelum lambang gerakan diadopsi, setiap pelayanan medis kemiliteran setidaknya di Eropa, mengenal tanda pengenal sendiri. Austria misalnya menggunakan bendera putih, perancis bendera merah atau spanyol bendera kuning. Banyaknya tanda yang berbeda-beda yang digunakan menimbulkan akibat yang strategis, contohnya walaupun tentara tahu apa tanda pengenal dari personil medisnya, namun biasanya mereka tidak tahu apa tanda pengenal lawan mereka.


Lambang Palang Merah


Tahun 1964, Konvensi Jenewa, yaitu sebuah konvensi Internasional yang pertama, resmi mengakui Palang Merah diatas dasar Putih sebagai tanda pengenal pelayanan medis angkatan bersenjata. Pada Konvensi Jenewa tahun 1906, waktu peninjauan kembali terhadap konvensi Jenewa tahun 1864, barulah ditetapkan lambang Palang Merah tersebut sebagai penghormatan terhadap Negara Swiss.






Lambang Bulan Sabit Merah


Tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja social yang tertangkap oleh Ottoman dibunuh senata-mata karena mereka memakai ban lengan dengan gambar Palang Merah. Ketika pemerintah Turki diminta menjelaskan mengenai hal ini, mereka menekankan kepekaan tentara muslim terhadap bentuk palang / salib, dan mengajukan agar Perhimpunan Nasional dan pelayanan medis militer mereka diperbolehkan untuk menggunakan lambang yang berbeda yaitu Bulan Sabit Merah.
Gagasan ini perlahan mulai diterima, memperoleh semacam pengesahan dalam bentuk “reservasi” dan akhirnya secara resmi diadopsi dalam konvensi tahun 1929, bersamaan dengan Singa dan Matahari Merah diatas dasar putihyang saat itu dipilih oleh Persia (sekarang Iran).


Lambang Kristal Merah

Tahun 2006 Lambang Kristal Merah Diatas dasar putih juga diadopsi menjadi alternative apabila di suatu Negara terjadi konflik bersenjata / perang atau bencana, maka Negara yang badan kepalangmerahannya menggunakan lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah dapat sementara menggunakan lambang Kristal Merah diatas dasar putih secara bersama-sama.



Fungsi Lambang

Lambang hanya dapat digunakan dalam dua fungsi, yaitu sebagai Tanda Pengenal dan Tanda Perlindungan.
Sebagai Tanda Perlindungan, yaitu ketika konflik atau perang atau bencana terjadi. Fungsinya, untuk memberitahukan bahwa seseorang adalah anggota Gerakan, dan benda seperti kendaraan dan gedung adalah milik gerakan, sehingga harus dilindungi.
Sebagai Tanda Pengenal, lambang dikenakan pada masa damai, yaitu pada saat terjadi konflik atau perang atau bencana. Gunanya adalah sebagai tanda identitas bahwa seseorang adalah anggota Gerakan, dan benda seperti kendaraan dan gedung adalah milik gerakan.

Rabu, 01 Juli 2009

PERTOLONGAN PERTAMA

1. PENGERTIAN PERTOLONGAN PERTAMA (PP)

Pertolongan pertama adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menyelamatkan orang lain yang sedang terancam keselamatan jiwanya.


2. TUJUAN PERTOLONGAN PERTAMA

Tujuan dari pertolongan pertama adalah antara lain sebagai berikut :
a. Menyelamatkan jiwa penderita
b. Mencegah cacat
c. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan


3. PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA

Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian, yang memiliki kemampuan penanganan khusus gawat darurat dan terlatih untuk pertolongan pertama.


4. KEWAJIBAN PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA

Kewajiban pelaku pertolongan pertama adalah sebagai berikut :
a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita, dan orang sekitarnya. Keselamatan diri dan anggota tim harus menjadi prioritas.
b. Menjangkau penderita. Dalam kasus kecelakaan atau musibah, kemungkinan pelaku harus mangindahkan penderita lain untuk menjangkau penderita yang cideranya lebih berat.
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
d. Meminta bantuan atau rujukan. Pelaku pertolongan pertama harus bertanggung jawab sampai rujukan mengmbil alih penanganan penderita.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban.
f. Membantu pelaku pertolongan lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h. Berkomunikasi dengan pelaku pertolongan lain.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditranportasi.


5. KUALIFIKASI PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA

Seorang pelaku pertolongan pertama harus memiliki sifat-sifat sabagai berikut :
a. Jujur dan bertanggung jawab.
b. Berlaku profesional.
c. Memiliki kematangan emosi. Pada keadaan tertentu keadaan penderita dapat emosional, juga keluarga penderita yang tak dapat menerima kenyataan yang dialami penderita, dalam hal ini pelaku harus dapat menenangkan diri, serta dapat menenangkan penderita dan keluarganya. Sabar, tidak panik dan tidak gugup dalam menghadapi penderita.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi.
e. Kemampuannya terukur sesuai sertifikat PMI. Secara berkesinambungan mengikuti kursus penyegaran.
f. Kondisi fisik baik.
g. Mempunyai rasa bangga. Pelaku merasa bangga berpenampilan bersih dan rapih, bekerja dengan rapih, yang dapat meyakinkan penderita.


6. PERALATAN DASAR PELAKU PP

a. Alat Pelindung Diri (APD)
- Sarung tangan lateks (melindungi tangan penolong saat melakukan pp)
- Kacamata pelindung (melindungi mata dari percikan darah korban, benturan, atau kelilipan saat melakukan pp)
- Baju pelindung (mencegah merembesnya cairan tubuh penderita ke baju penolong)
- Masker penolong (mencegah penularan penyakit melalui udara)
- Masker resusitasi (diperlukan saat melakukan Resusitasi Jantung Paru/RJP)
- Helm (melindungi kepala dari bahaya tertimpa reruntuhan bangunan)

CATATAN : Seorang penolong minimal harus memakai sarung tangan lateks dan masker.

b. Beberapa Tindakan Umum Untuk Menjaga Diri :
- Mencuci tangan (pakailah sabun yang mengandung cairan pembunuh kuman/anti septik)
- Membersihkan alat dengan air, desinfeksi, atau sterilisasi


7. PERALATAN PERTOLONGAN PERTAMA

a. Penutup luka, misal : kasa steril
b. Pembalut luka, misal : pembalut segitiga, pembalut gulung atau pembalut elastis
c. Cairan pembersih luka, misal : boorwater, rivanol, lodinepovidone, dsb.
d. Peralatan stabilisasi korban, misal : bidai leher, bidai alat gerak, papan spinal panjang, dan papan spinal pendek
e. Mitella
f. Plester
g. Gunting
h. Pinset
i. Kapas
j. Senter
k. Selimut
l. Kartu penderita
m. Alat tulis
n. Oksigen (bila perlu)
o. Tensimeter dan stetoskop (bila perlu)
p. Peralatan pengangkutan penderita, misalnya tandu.


8. LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN PERTAMA

A. Penilaian Keadaan
Pada saat tiba di tempat kejadian, sebelum melakukan sesuatu hendaknya diadakan penilaian keadaan terlebih dahulu. Penilain keadaan ini berguna untuk memperoleh gambaran secara umum tentang kejadian yang sedang dihadapi, faktor-faktor yang mendukung atau menghambat pertolongan pertama. Selain itu juga perlu dinilai bahaya lain yang mungkin terjadi baik pada penderita maupun penolong. Pada tahap ini penolong melakukan langkah-langkah pengamatan baik untuk lokasi sekitar kejadian, untuk korban dan bagi dirinya sendiri, termasuk menentukan dukungan yang diperlukan bila memungkinkan.

1) Bagaimana kondisi saat itu?
Apa yang dihadapi, berapa jumlah korban, bagaimana mekanisme kacelakaannya, bagaimana rencana pertolongannya, apa saja sesuatu yang bisa dimanfaatkan.

2) Kemungkinan apa saja yang akan terjadi?
Bahaya apa saja yang mungkin terjadi baik langsung maupun tak langsung pada penolong, penderita, dan orang-orang yang berada di sekitar kejadian. Bahaya ini dapat timbul sebagai kelanjutan dari peristiwa tersebut atau suatu kejadian yang samasekali baru. Beberapa kejadian yang mungkin terjadi misalnya kemungkinan ledakan, hubungan pendek arus listrik, tanah longsor, perkelahian, kebakaran, dan lain-lain.

3) Bagaimana mengatasinya?
Pada tahap ini penolong menentukan langkah-langkah untuk mengamankan keadaan atau bahaya dan menentukan tindakan pengamanan bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (safety plan). Penolong juga harus menentukan dukungan apa saja yang diperlukan, termasuk cara-cara mengatasi keadaan secara sederhana dan cepat, sehingga bantuan pertolongan yang datang tidak akan mengalami kesulitan, misalnya dengan memberikan data yang cukup akurat pada saat melakukan pertolongan, memberikan rambu-rambu pada tempat kejadian dan lain-lain.

INGAT : AMANKAN DIRI SENDIRI TERLEBIH DAHULU !!!


4) Apa yang harus dilakukan di lokasi?
pada saat tiba di lokasi kejadian, penolong harus :
a. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar kejadian.
b. Penolong harus memperkenalkan diri, nama dan organisasi (bila memungkinkan)
c. Meminta izin untuk menolong (bila memungkinkan)
d. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cidera) dan mulai melakukan penilain dini pada penderita
e. Mengenali dan mengatasi gangguan/cidera parah yang mengancam nyawa penderita
f. Stabilkan penderita dan terus lakukan pemantauan
g. Minta bantuan

Adapun sumber informasi langsung didapat dari :
- Kejadian itu sendiri
- Penderita (bila sadar)
- Keluarga atau saksi
- Mekanisme kejadian
- Perubahan bentuk yang nyata atau cidera yang jelas
- Gejala atau tanda khas suatu cidera atau penyakit

B. Pemasangan Alat Pelindung Diri (APD)
Pemasangan Alat Pelindung Diri (APD) wajib dilakukan oleh seorang penolong sebelum bersentuhan dengan penderita. Pemasangan APD berguna untuk mencegah penularan penyakit dan untuk mencegah penolong mengalami luka dalam melaksanakan tugasnya.

C. Penilain Dini
Ini merupakan tahap yang penting dari proses penilaian. Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat mengancam nyawa penderita dengan cepat, tepat, dan sederhana. Bila dalam pemeriksaan ditemukan adanya masalah, khususnya pada sistem pernafasan dan sistem sirkulasi maka penolong langsung melakukan bantuan hidup dasar dan resusitasi.
langkah-langkah penilain dini:
a. Kesan Umum

1. Kasus trauma : kasus yang biasanya terjadi karena ruda - paksa yang mempunyai tanda-tanda yang jelas terlihat atau teraba, misalnya kasus pendarahan, patah tulang (praktura), penurunan kesadaran dan lain sebagainya.

2. Kasus medis : kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat ruda - paksa. Pada kasus ini penolong harus berusaha meminta penderita, keluarga, atau saksi mata untuk menjelaskan keadaan dengan baik dan rinci, misalnya sesak nafas, nyeri dada, dan lain sebagainya.

b. Memeriksa Respon
Untuk menentukan tingkat respon seorang penderita berdasarkan rangsangan yang diberikan penolong, dikenal ada 4 tingkatan, yaitu Awas, Suara, Nyeri, Tidak respon (ASNT)
1. Awas, penderita sadar dan mengenali keberadaan , lingkungannya serta waktu.
2. Suara, penderita hanya menjawab/bereaksi pada saat dipanggil atau mendengar suara.
3. Nyeri, penderita hanya bereaksi terhadap rangsangan nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit dan tekanan pada titik tulang dada.
4. Tidak respon, penderita tidak dapat beraksi terhadap rangsangan yang diberikan oleh penolong. (CARA LAMA)

Cara baru yang lebih praktis dan efisien ialah dengan cara melakukan pemeriksaan keseluruhan tingkat respon pada waktu yang bersamaan. Misal tangan kanan penolong memberikan rangsang nyeri dengan menekan salah satu ujung jari penderita, sedang tangan kiri menepuk-nepuk bahu penderita dan sambil bersuara memanggil penderita.

D. Hubungi Bantuan
Apabila dirasakan perlu, segera minta bantuan rujukan. Mintalah bantuan kepada orang lain untuk melakukannya atau lakukan sendiri. Ingat, pesan yang disampaikan harus singkat, padat, dan jelas.

E. Memastikan Jalan Nafas Terbuka dengan Baik
Perlu dilakukan tindakan untuk memastikan jalan nafas terbuka. Bila penderita tidak menderita atau tidak ada kecurigaan cidera spinal gunakan teknik "angkat dagu tekan dahi". Sebaliknya bila ada kecurigaan cidera spinal, maka gunakan perasat pendorong rahang bawah.

F. Menilai Pernafasan
Setelah jalan nafas dipastikan terbuka dengan baik dan bersih, maka penolong harus menilai ada tidaknya sirkulasi pernafasan dengan cara Lihat (kembangkempisnya perut), Dengar (suara udara yang masuk/keluar dari lubang hidung), Rasakan (hembusan angin yang masuk/keluar dari hidung) disingkat LDR. Nilai selama 3-5 detik.

G. Menilai Sirkulasi Nadi

1. Untuk penderita respon, periksalah nadi radialis (pergelangan tangan). Pada bayi periksalah pada nadi brakialis (bagian dalam lengan atas)./sesuai keadaan.

2. Untuk penderita tidak respon, periksalah nadi karotis (leher) kecuali pada bayi tetap pada nadi brakialis. Periksa nadi 5-10 detik. Bila tidak ada denyut nadi segera mulai tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)./sesuai keadaan.

Jangan terpaku pada cidera yang terlihat. Pastikan dahulu tidak ada pendarahan yang dapat mengancam nyawa, termasuk pendarahan yang tidak terlihat. Hati-hati jika pakaian penderita tebal dan berwarna gelap, karena dapat menyembunyikan darah dalam jumlah yang cukup banyak.

H. Pemeriksaan Fisik
Prinsip pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang meliputi seluruh tubuh penderita. tujuannya untuk menemukan berbagai tanda cidera.
b. pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan berurutan, biasanya dari alat indera, kepala, badan, pinggang, panggul, pinggul, alat gerak bawah, dan alat gerak atas. namun dapat berubah sesuai kondisi penderita.
secara sistematis, urutan pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut :
1. Alat Indera
- telinga
- mata
- hidung
- mulut

2. Kepala
- kepala bagian atas
- ubun-ubun
- kepala bagian bawah
- tengkuk

3. Muka
- dahi
- pelipis
- hidung
- tulang pipi
- rahang atas
- rahang bawah
- dagu

4. Badan

a. Badan Bagian Depan
- bahu
- tulang selangka
- sangkar dada
- taju pedang

b. Badan Bagian Belakang
- tulang belikat
- tulang belakang
- tulang ekor

5. Empat Kuadran Perut
- perut kanan bagian atas
- perut kanan bagian bawah
- perut kiri bagian atas
- perut kiri bagian bawah

6. Ketegangan Perut (dilakukan dengan cara menekan perut penderita, bila perutnya dapat mengembang berarti normal)

7. Bagian Pinggang, Panggul, dan Pinggul

8. Alat Gerak Bawah Kiri dan Kanan
- sendi paha
- tungkai atas
- lutut
- lipatan kaki
- tulang kering
- betis
- mata kaki
- tumit
- punggung kaki
- telapak kaki
- jari-jari kaki

9. Gerak, Sensasi, dan Sirkulasi (GSS)
- gerak (mintalah penderita mengerakkan kakinya)
- sensasi (memberikan ransangan pada penderita, misal dengan menggelitiki kaki penderiata)
- sirkulasi (periksa nadi alat gerak bawah, seperti nadi dorsalis pedis, nadi tbialis posterior, atau nadi femoralis)

10. Pengisian Kapiler (pencet salah satu ujung jari kaki penderita beberapa detik, kemudian lepaskan. Bila darah ujung jari kembali dalam 2 detik, berarti pengisian kapilernya normal)

11. Alat Gerak Atas Kiri dan Kanan
- sendi bahu
- lengan atas
- siku
- lipatan tangan
- lengan bawah
- pergelangan tangan
- punggung tangan
- telapak tangan
- jari-jari tangan

12. Gerak, Sensasi, dan Sirkulasi (GSS)
- gerak (mintalah penderita mengerakkan tangannya)
- sensasi (memberikan ransangan pada penderita, misal dengan menggelitiki punggung tangan penderiata)
- sirkulasi (periksa nadi alat gerak atas, seperti nadi radialis atau brakialis)

10. Pengisian Kapiler (pencet salah satu ujung jari tangan penderita beberapa detik, kemudian lepaskan. Bila darah ujung jari kembali dalam 2 detik, berarti pengisian kapilernya normal)

I. Penaganan Cidera
Penanganan cidera dilakukan setelah pemeriksaan fisik selesai atau sedang berlangsung. Ingat, prioritaskan cidera yang lebih berat.

J. Pemeriksaan Tanda Vital
Parameter yang dikelompokkan dalam tanda vital adalah :
1. Frekuensi Nafas
nafas normal adalah :
- bayi : 120-150 kali/menit
- anak-anak : 80-150 kali/menit
- dewasa : 60-90 kali/menit

2. Frekuensi Nadi
nadi normal adalah :
- bayi : 25-50 kali/menit
- anak-anak : 15-30 kali/menit
- dewasa : 12-20 kali/menit

(Cara menghitung frekunsi dengan cepat : denyut dalam 15 detik x 4)

3. Tekanan Darah
Tekanan darah normal orang dewasa adalah :
- sistolik : 100-140 mmHg
- diastolic : 60-90 mmHg
(tidak terlalu diprioritaskan)

4. Suhu Tubuh (normal : 370 c)

5. Kondisi/Keadaan Kulit:
- lembab
- kering (biasa ditemui dalam kasus kebakaran)
- berkeringat (biasanya mengalami kasus pendarahan hebat)

6.Warna Kulit
- biru
- pucat
- merah
- kuning
- biru kehitaman

K. Sterilisasi
Setelah pertolongan pertama selesai dilakukan, maka lakukanlah sterilisasi. Cuci tangan dan peralatan dengan air dan sabun anti septik.

J. Evakuasi Penderita
Evakuasi penderita menuju rumah sakit atau ambulance yang mengantarkannya ke rumah sakit.

K. Pemeriksaan Berkala
Secara umum pemeriksaan berkala harus dinilai kembali:
- keadaan respon
- jalan nafas dan perbaiki bila perlu
- pernafasan, ferekuensi, dan kualitasnya
- sirkulasi nadi
- suhu tubuh
- keadaan kulit
- warna kulit
- periksa kembali fisik penderita secara seksama, mungkin ada bagian yang terlupa.
- pembalutan, pembidaian apakah masih cukup layak dan kuat.
- pemeriksaan alat evakuasi penderita, apakah masih cukup layak untuk menopang penderita
- pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman.

PARAWATAN KELUARGA (PK)

DASAR PERAWATAN KELUARGA (PK)


1. Mengapa diperlukan PK?

a. Pada umumnya mereka yang sakit senang bila berada di rumah di tengah keluarga dari
pada berbaring di rumah sakit dan dirawat oleh orang yang belum ia kenal.
b. Demi untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
c. Dirawat bersama orang lain di sebuah kamar/bangsal dapat mempengaruhi keadaan si
sakit sehingga mempengaruhi penyembuhannya.
d. Untuk meningkatkan kemandirian orang yang sakit dan keluarganya secara optimal.


2. Siapa yang Melakukan PK?

Pada dasarnya siapa saja dapat melakukan tugas PK asal sebelumnya diberi pengetahuan (berupa pendidikan PK) dan dilatih secukupnya. Sejak tahun 1950 PMI telah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan PK.

Sifat pribadi yang tepat untuk menerima pendidikan PK adalah :
a. Mempunyai sifat kasih saying yang tulus
b. Menaruh minat dan memiliki rasa kemanusiaan yang dalam
c. Ingin belajar dan berbakat dalam bidang perawatan


3. Sikap dan Perilaku yang Perlu Dimiliki Oleh Pelaku PK

a. Berprikemanusiaan yang jelas tampak dan sikap kesediaan untuk menolong yang akan
memberikan kesan tentang kepribadiannya.
b. Bertanggung jawab
c. Selalu mengutamakan kebutuhan si sakit
d. Selalu terbuka dengan tindakan yang akan dilakukan terhadap si sakit, serta menerang-
kan/mendidik keluarga lain misalnya bagaimana cara hidup sehat
e. Pelaku PK diharapkan bersikap tenang dan bertindak tepat sebagai contoh konkrit.


4. Prinsip Kerja Seorang Pelaku PK

a. Berkepribadian baik dan luhur
b. Menunjukkan kemauan kerja dengan tenang, cepat dan tanpa ragu-ragu
c. Ramah, selalu senyum, bersedia mendangar dan menenangkan si sakit
d. Berfikir sebelum bertindak
e. Menjaga kebersihan lingkungan si sakit dan diri sendiri
f. Selalu mencatat hasil pengamatan dan perawatan
g. Usahakan agar tidak menambah penderitaan si sakit
h. Jangan bertindak menyimpang dari peraturan dan perintah dokter/petugas kesehatan.
i. Jika dianggap perlu untuk merujuk si sakit ke peskesmas/rumah sakit di perlukan
persiapan antara lain pakaian bersih dan alat toilet si sakit


PELAKSANAAN PERAWATAN KELUARGA (PK)

Pertolongan perawatan yang diberikan tergantung berat ringannya penyakit dan tergantung petunjuk dokter/petugas kesehatan. Pada orang sakit yang diharuskan istirahat total di tempat tidur, perlu diberikan perawatan yang lebih seksama.


1. Merawat Orang Sakit di Rumah

Ketika orang sedang sakit di rumah, mereka membutuhkan perawatan emosional dan fisik sebagaimana halnya mereka membutuhkan obat-obatan. Apabila ada keluarga yang merawat orang sakit di rumah untuk waktu yang lama, maka keluarga tersebut juga membutuhkan bantuan.

Sebagai peaku PK anda dapat menolong merawat orang yang sakit, atau menunjukkan kepada keluarga yang bersangkutan bagaimana cara merawat, dengan melakukan hal-hal berikut ini :
a. Merawat
Tunjukkan bahwa anda memperdulikan si sakit dengan terus berada di sampingya. Usahakn untuk mengetahui apa yang dapat mereka lakukan untuk diri mereka dan doronglah mereka untuk sebisa mungkin tidak bergantung pada orang lain. Bantulah agar si sakit tetap merasa aman dan nyaman.

b. Makanan dan Minuman
Perhatikan agar si sakit mendapat cukup asupan makanan dan minuman dengan mengambilkan/menyiapkannya. Mungkin anda harus menyuapi si sakit.

c. Kesehatan
Bantulah urusan kesehatan pribadi mereka, misal membasuh dirinya, merapihkan rambut, dan membersihkan kukunya, mengganti pakaiannya, mengantarnya ke toilet, dan lain-lain.

d. Gunakan Keterampilan Pertolongan Pertama Anda
Beri pertolongan pertama sesuai keluhan si sakit. Gunakan keterampilan perolongan pertama untuk megurangi/menyembuhkan si sakit.


KETERAMPILAN DALAM PERAWATAN KELUARGA (PK)


A.Cara Melipat Celemek

Cara untuk melipat celemek adalah sbb :
1. Tanpa memegang bagian luar celemek
2. Bila digantung di dalam ruangan si sakit, maka bagian luarnya berada di luar dan bila
digantung di luar ruangan, maka bagian luar berada di dalam


B. Pengukuran Suhu Tubuh

1. Alat Pengukur Suhu Tubuh
Alat pengukur suhu disebut termometer, dapat dibeli di apotek. Termometer menurut skalanya ada dua, yaitu termometer celcius dan termometer Fahrenheit. Sedangkan menurut jenisnya ada dua, yaitu termometer biasa dan termometer digital.
Bagian-bagian termometer adalah sebagai berikut :
a. Tabung gas panjang, berbentuk segi gepeng bundar atau persegi
b. Pipa gelas tempat naik turun air raksa
c. Skala yang menunjukkan derajat suhu
d. Reservoir tempat air raksa

2. Tujuan Mengukur Suhu Tubuh
Tujuan dari diadakannya pengukuran suhu tubuh adalah :
a. Untuk mengetahui suhu tubuh si sakit
b. Untuk mengetahui adanya kelainan pada tubuh si sakit
c. Untuk mengetahui perkembangan penyakit
d. Sebagai salah satu penyokong dalam membantu dokter menentukan diagnosa

3. Tempat dan Cara Pengukuran Suhu Tubuh
Adapun tempat-tempat untuk mengukur suhu tubuh adalah ketiak, mulut, dan dubur/anus.
a. Pengukuran Suhu Tubuh di Ketiak
Pelaksanaan pengukurannya adalah sebagai berikut :
1. Cuci tangan sampai bersih
2. Siapkan temperatur (air raksa harus turun ke pangkalnya)
3. Beri tahu si sakit
4. Keringkan ketiak dengan handuk/waslap bersih
5. Tempatkan pangkal termometer di tengah ketiak (jangan menonjol ke belakang)
6. Minta si sakit menjepitnya 10-15 menit, tangan yang lain membantu menjepit
7. Setelah 10-15 menit termometer dikeluarkan, dan catat angkanya
8. Cuci tangan hingga bersih

b. Pengukuran Suhu Tubuh di Mulut
Pengukuran suhu tubuh di mulut tidak boleh dilakukan pada orang sakit yang gelisah atau tidak sadar, mempunyai penyakit mulut, batuk pilek, sesak nafas, bayi, atau anak yang masih kecil.
Pelaksanaan pengukuran :
1. Cuci tangan sampai bersih
2. Siapkan termometer
3. Beritahu si sakit
4. Letakkan pangkal termometer di bawah lidah agak ke samping, diminta si sakit agar
menutup mulutnya.
5. Setelah 3 menit, keluarkan termometer, catat hasilnya
6. Termometer dibersihkanm, lalu disimpan
7. Cuci tangan hingga bersih

Catatan :
10 menit sebelum suhu diukur, si sakit tidak boleh minum atau makanan yang panas atau dingin (es). Selama termometer berada di dalam mulut, si sakit dilarang berbicara. Berbahaya bila termometer pecah di dalam mulut, pecahannya dapat melukai selaput lendir mulut dan air raksa dapat tertelan.

c. Pengukuran Suhu Tubuh di Dubur/anus
Pengukuran suhu tubuh di dubur/anus dilakukan pada bayi, anak, orang sakit parah, orang pada keadaan tertentu (patah lengan/bagian ketiak dibalut), atau atas petunjuk dokter.

Pengukuran suhu tubuh di dubur/anus tidak boleh dilakukan pada orang sakit yang luka di daerah dubur/anus dan orang berpenyakit kelamin.
Pelaksanaan pengukuran :
1. Cuci tangan sampai bersih
2. Siapkan termometer dan minyak kelapa/vaselin
3. Beri tahu si sakit
4. Miringkan si sakit, bebaskan pakaian yang menutupi bokong
5. Kaki yang di sebelah atas ditekuk ke arah perut
6. Olesi pangkal termometer dengan minyak kelapa/vaselin untuk memudahkan
memasukkan termometer ke dalam dubur/anus, hati-hati bila ada wasir
7. Angkat bokong si sakit agar dubur/anus dapat terlihat, lalu masukkan pangkal
termometer
8. Pegang termometer selama berada di dalam dubur/anus 3 menit
9. Keluarkan termometer, catat hasilnya
10. Termometer dibersihkan lalu disimpan
11. Cuci tangan sampai bersih


C. Cara Membersihkan Termometer

Cara membersihkan termometer adalah sebagai berikut :
1. Termometer dipegang pada ujungnya dan dibersihkan dengan sepotong kain/kapas
yang diberi sabun dengan gerakan memutar, lalu dibilas dengan air bersih
2. Termometer dikeringkan
3. Suhu air raksa diturunkan dengan mengayunkannya, disentakkan pada pergelangan
tangan sampai menunjukkan angka kurang dari 36 (awas jangan menyentuh benda di
sekitarnya)
4. Cuci tangan hingga bersih


D. Pemberian Obat Pada Si Sakit

Tujuan dari pemberian obat ialah :
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mengurangi penderitaan
3. Mencegah penularan

Bentuk obat :
a. Pil : Bentuknya bundar dan bagian luarnya di lapisi tepung/bahan yang mengkilap
b. Tablet : Bentuknya bulat pipih/bundar, bagian luar dilapisi gula/lilin/tidak berlapis
c. Kapsul : Bentuknya bulat panjang, terbuat dari bahan gelatin, keras/lunak. Pada
umumnya kapsul berfungsi sebagai pembungkus dimana di dalamnya terdapat
satu campuran/lebih obat berkhasiat.
d. Salep : Kepadatannya seprti mentega, untuk dioleskan pada kulit/mata
e. Obat Cair : Obat yang seperti air encer/kental, ada yang digunakan sebagai obat
minum, obat suntik, obat gosok, obat kompres/rendam, obat cuci mata, dan obat cuci
hama.
f. Puyer/serbuk : Berupa serbuk, biasanya tersedia dalam bungkusan kertas, kertas
perak, kantong plastik, kantong kertas, atau dalam dus karton/kertas.

Catatan :
Hati-hati dalam pemberian obat. Obat yang diberikan pada si sakit harus sesuai dengan ptunjuk dokter/petugas kesehatan.


E. Membaca Etiket/label

Etiket atau label biasanya diletakkan pada botol, dus, kantong plastik, dsb, yang memberi petunjuk tentang pemakaian obat.
Berikut klasifikasi obat menurut warna etiket :
a. Etiket putih (obat dalam, untuk diminum)
b. Etiket biru (obat luar, tidak boleh ditelan)
c. Etiket hitam dan biasanya bergambar tengkorak (obat berbahaya, keras, atau racun)